Pretexting adalah: Teknik, Contoh, dan Cara Mencegahnya

Pretexting adalah: Teknik, Contoh, dan Cara Mencegahnya

Apa itu Pretexting?

Pretexting adalah salah satu bentuk serangan rekayasa sosial di mana penyerang menciptakan skenario atau alasan palsu (pretext) untuk memanipulasi korban agar memberikan informasi sensitif. Informasi ini dapat berupa data pribadi, login akun, detail keuangan, atau akses ke sistem perusahaan.

Berbeda dengan phishing yang biasanya dilakukan secara massal, pretexting cenderung lebih terarah (targeted attack) dan membutuhkan penyerang untuk membangun kepercayaan melalui interaksi langsung.


Teknik yang Digunakan dalam Pretexting

  1. Pura-pura Menjadi Orang yang Berwenang

    • Penyerang mengaku sebagai atasan, petugas bank, pegawai pemerintah, atau teknisi IT untuk mendapatkan data.
  2. Memanfaatkan Kepercayaan dan Ketakutan

    • Penyerang menggunakan skenario darurat seperti tagihan tidak terbayar atau ancaman hukum untuk memaksa korban memberikan informasi.
  3. Membangun Hubungan Perlahan

    • Penyerang berinteraksi secara berkala untuk menciptakan kepercayaan sebelum meminta informasi penting.
  4. Mengumpulkan Informasi Awal

    • Menggunakan informasi publik (media sosial, LinkedIn, atau situs perusahaan) untuk membuat cerita lebih meyakinkan.

Contoh Kasus Pretexting

  1. Penipuan Teknisi IT

    • Penyerang menghubungi staf perusahaan, mengaku sebagai tim IT, dan meminta login untuk “memperbaiki” masalah sistem.
  2. Penipuan Pegawai Bank

    • Pelaku menghubungi korban dengan alasan untuk memverifikasi transaksi mencurigakan, lalu meminta data kartu kredit atau OTP.
  3. Skenario Darurat Palsu

    • Penyerang mengaku sebagai anggota keluarga atau teman dekat yang membutuhkan bantuan finansial segera.
  4. Pengumpulan Data Karyawan

    • Penyerang mengirim email atau menelepon HR, berpura-pura menjadi manajer atau auditor untuk mendapatkan informasi pribadi karyawan.

Cara Mencegah Pretexting

  1. Verifikasi Identitas

    • Selalu pastikan identitas orang yang meminta informasi sensitif. Hubungi kembali melalui nomor atau email resmi.
  2. Jangan Mudah Percaya Skenario Darurat

    • Waspadai permintaan yang terkesan mendesak atau memaksa Anda untuk bertindak cepat tanpa berpikir panjang.
  3. Pelatihan Keamanan untuk Karyawan

    • Edukasi karyawan tentang ancaman rekayasa sosial, termasuk pretexting, agar mereka lebih waspada.
  4. Hindari Memberikan Informasi Secara Berlebihan

    • Jangan memberikan informasi sensitif tanpa alasan yang jelas atau dokumen pendukung yang sah.
  5. Pantau Media Sosial

    • Kurangi informasi yang dapat dimanfaatkan penyerang, seperti detail pekerjaan atau data pribadi, di media sosial.
  6. Gunakan Protokol Verifikasi yang Ketat

    • Terapkan kebijakan seperti dua langkah verifikasi untuk semua transaksi atau akses data sensitif.
  7. Laporkan Aktivitas Mencurigakan

    • Jika Anda mencurigai pretexting, laporkan ke atasan, pihak keamanan IT, atau otoritas terkait.

Kesimpulan

Pretexting adalah teknik manipulasi yang memanfaatkan kepercayaan untuk mencuri informasi. Dengan memahami cara kerja pretexting dan menerapkan langkah pencegahan, Anda dapat melindungi diri sendiri dan organisasi dari ancaman ini. Tetap waspada dan jangan mudah percaya pada permintaan data sensitif yang tidak biasa. 🔒

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *